Pentingnya Penyucian Jiwa dalam Islam

Pentingnya Penyucian Jiwa dalam Islam

Pentingnya penyucian jiwa dalam Islam terletak pada peranannya sebagai kunci kesucian hati dan keselamatan akhirat. Tanpa tazkiyah, ilmu dan amal bisa kehilangan maknanya. Inilah langkah awal menuju iman yang sejati.

Mengapa Jiwa Harus Disucikan?

Setiap hamba, sejak ia dilahirkan hingga tumbuh dewasa biasanya memiliki pengaruh syahwat yang kuat. Syahwat tersebut terkadang dibentuk oleh tabiat bawaan yang aslinya memang buruk, serta dipengaruhi oleh lingkungan dan kebiasaan masyarakat sekitarnya yang tak jarang berisi akhlak tercela atau perilaku yang menyimpang.

Selama keburukan-keburukan itu masih melekat dalam jiwa seorang hamba, maka agama tidak akan benar-benar terealisasikan dalam dirinya. Karena itu, tazkiyah an-nafs (penyucian jiwa) merupakan kebutuhan pokok dan kewajiban mutlak bagi siapa pun yang ingin meniti jalan keimanan yang benar.

Uniknya, dalam tiga dari empat ayat yang menyebutkan misi diutusnya Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, Allah mendahulukan penyebutan tazkiyah sebelum pengajaran ilmu. Hal ini menjadi isyarat yang sangat dalam bahwa proses menyucikan jiwa lebih penting untuk didahulukan sebelum menerima dan mengajarkan ilmu.

Sebab ilmu tanpa tazkiyah dan tanpa tarbiyah justru bisa menjadi petaka. Ia dapat menjerumuskan seseorang ke dalam kesombongan, rasa bangga diri, merasa paling benar, bahkan berambisi menguasai orang lain. Tak jarang, ilmu yang semestinya menjadi sarana mendekatkan diri kepada Allah justru dijadikan alat meraih dunia, hingga menimbulkan kerusakan besar di tengah umat.

Keutamaan Jiwa yang Bersih dalam Al-Quran

Allah subhanahu wataala berfirman dalam doa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ‘alaihimassalam,

رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ

Ya Rabb kami, utuslah di tengah mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu dan mengajarkan Kitab dan Hikmah kepada mereka, dan menyucikan mereka.” (QS. Al-Baqarah: 129)

Dalam ayat ini, penyucian jiwa (tazkiyah) disebutkan setelah pengajaran. Namun dalam tiga ayat lainnya, urutan tersebut dibalik justru tazkiyah disebut lebih dahulu daripada pengajaran, menunjukkan bahwa pembersihan hati menjadi fondasi awal bagi keberhasilan ilmu itu sendiri.

Artikel Tadabur: Kenali Hawa Nafsu yang Ada Pada Dirimu Agar Selamat dari Segala Kejelekan

Allah Ta’ala berfirman,

لَقَدْ مَنَّ ٱللَّهُ عَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًۭا مِّنْ أَنفُسِهِمْ يَتْلُوا۟ عَلَيْهِمْ ءَايَـٰتِهِۦ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلْكِتَـٰبَ وَٱلْحِكْمَةَ

Sungguh, Allah telah memberi karunia kepada orang-orang beriman ketika (Allah) mengutus seorang Rasul (Muhammad) di tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab (Al-Quran) dan Hikmah (Sunnah).”(QS. Ali ‘Imran: 164)

هُوَ ٱلَّذِى بَعَثَ فِى ٱلْأُمِّيِّـۧنَ رَسُولًۭا مِّنْهُمْ يَتْلُوا۟ عَلَيْهِمْ ءَايَـٰتِهِۦ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلْكِتَـٰبَ وَٱلْحِكْمَةَ

Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (Sunnah).” (QS. Al-Jumu‘ah: 2)

كَمَآ أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولًۭا مِّنكُمْ يَتْلُوا۟ عَلَيْكُمْ ءَايَـٰتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ ٱلْكِتَـٰبَ وَٱلْحِكْمَةَ

Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul (Muhammad) dari (kalangan) kamu yang membacakan ayat-ayat Kami, menyucikan kamu, dan mengajarkan kepadamu Kitab (Al-Quran) dan Hikmah (Sunnah).” (QS. Al-Baqarah: 151)

Perhatian Besar Ulama terhadap Penyucian Jiwa

Ibnu Katsir rahimahullah ketika menukil ayat,

قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا

Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu).”(QS. Asy-Syams: 9)

Ia mengatakan bahwa orang yang beruntung dalam ayat di atas adalah yang menyucikan dirinya dengan ketaatan kepada Allah dan membersihkannya dari sifat-sifat tercela serta akhlak yang hina. (Tafsir Ibnu Katsir, 8/412, Maktabah Syamilah). Inilah inti dari tazkiyah memurnikan jiwa dari segala penyakit batin, sekaligus menumbuhkan akhlak mulia dalam diri seorang hamba.

Para ulama sangat menaruh perhatian terhadap masalah penyucian jiwa ini. Mereka memahami satu prinsip penting bahwa perbaikan jiwa dan hati akan membawa perbaikan pada seluruh bagian hidup.

Hal ini ditegaskan dalam sabda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam,

أَلَا وَإِنَّ ‌فِي ‌الْجَسَدِ ‌مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ.

Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal daging. Jika ia baik, maka seluruh tubuh akan baik. Jika ia rusak, maka seluruh tubuh akan rusak. Ketahuilah, itulah hati.” (HR. Al-Bukhari no. 52; HR. Muslim no. 1599)

Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata,

الْقَلْبُ مَلِكٌ وَالْأَعْضَاءُ جُنُوْدُهُ فَإِنْ طَابَ الْمَلِكُ طَابَتْ جُنُوْدُهُ وَإِذَا خَبُثَ الْمَلِكُ خَبُثَتْ جُنُوْدُهُ.

Hati itu adalah raja sedangkan anggota tubuh adalah tentaranya. Jika sang raja baik, maka tentaranya pun akan baik. Namun jika hati itu rusak, maka tentaranya pun akan ikut rusak.” (Ibnu Qayyim, Raudhatul Muhibbin, 108)

Sebuah untaian nasihat mengatakan,

إِذَا كُنْتَ مُنْكِرًا عَلَى نَفْسِكَ، قَدَرْتَ عَلَى الْإِنْكَارِ عَلَى غَيْرِكَ.

Jika engkau mampu mengingkari (kesalahan) pada dirimu sendiri, maka engkau akan mampu mengingkari (kesalahan) pada orang lain.”

Maknanya adalah kekuatan untuk melakukan amar makruf nahi munkar terhadap orang lain itu lahir dari kekuatan untuk mengoreksi dan memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu. Hanya orang yang jujur dan tegas terhadap dirinya yang akan punya pengaruh saat menasihati orang lain.

Dengan demikian, tidak ada kesuksesan bagi seorang hamba kelak pada hari kiamat dan tidak ada pula kebahagiaan kecuali jika hamba tersebut hatinya selamat, yaitu hati yang bersih dari penyakit hati dan segala macam keburukan.

Allah Ta’ala berfirman,

يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ . إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

(Yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.(QS. Asy-Syu‘ara`: 88—89)

Doa Nabi untuk Kesucian Jiwa

Karena pentingnya hati yang bersih, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memberikan perhatian besar dalam hal ini. Beliau berdoa,

اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِي تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا

“Ya Allah, berikanlah kepada jiwaku ketakwaannya, dan sucikanlah ia, Engkau adalah sebaik-baik yang menyucikannya, Engkaulah pelindung dan penguasanya.” (HR. Muslim No. 2722)

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ

“Wahai yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas din-Mu.” (HR. Ahmad No. 12107; HR. At-Tarmizi No. 2140)

Oleh karena itu, jalan menuju perbaikan umat dimulai dari perbaikan hati. Dan tidak ada jalan untuk memperbaiki hati selain melalui penyucian jiwa yang terus-menerus, dengan ilmu, amal, dan mujahadah (kesungguhan melawan hawa nafsu). Wallahu alam. (Muttaqin/dakwah.id)

Bukittinggi, Rabu 30 Juli 2025 M/ 5 Safar 1447 H

Baca juga artikel Serial Tazkiyatun Nafsi atau artikel menarik lainnya karya Muttaqin, S.Pd.I, M.H.

Penulis: Muttaqin, S.Pd.I, M.H.

Artikel Tazkiyatun Nafsi terbaru:

The post Pentingnya Penyucian Jiwa dalam Islam appeared first on Dakwah.ID.

​ dakwah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *